JAKARTA, bursanusantara.com – Gerakan Yaman Anshar Allah, yang dikenal sebagai Houthi, kembali melancarkan serangan terhadap kapal induk Amerika Serikat (AS) Harry Truman di Laut Merah. Serangan ini merupakan yang ketiga dalam 48 jam terakhir, sebagaimana diumumkan oleh juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, pada Selasa (18/3/2025).
Serangan Beruntun terhadap Kapal Induk AS
Serangan yang dilakukan Houthi melibatkan dua rudal jelajah dan dua pesawat tanpa awak. “Sebagai tanggapan atas agresi brutal terhadap negara kami, pasukan bersenjata Yaman menyerang kapal induk AS Harry Truman di Laut Merah bagian utara untuk ketiga kalinya,” ujar Saree melalui akun X, seperti dikutip oleh Sputnik.
Saree juga menambahkan bahwa serangan sebelumnya telah memaksa kapal induk AS tersebut untuk mundur ke bagian terjauh Laut Merah. Houthi menegaskan bahwa mereka akan terus melakukan perlawanan terhadap kehadiran militer AS di kawasan tersebut.
Serangan Balasan AS dan Eskalasi Konflik
Sebagai respons terhadap serangan Houthi, militer AS telah melancarkan puluhan serangan udara ke wilayah yang dikuasai Houthi di Yaman, termasuk ibu kota Sanaa. Menurut laporan pihak Houthi, serangan tersebut menewaskan lebih dari 50 orang dan melukai hampir 100 lainnya.
Houthi membalas aksi militer AS dengan menargetkan kapal induk Harry S. Truman serta beberapa kapal perang lainnya yang beroperasi di Laut Merah. Serangan ini mengindikasikan bahwa kelompok Houthi tetap bertekad melanjutkan perlawanan meskipun mendapat tekanan militer dari AS.
Kecaman terhadap Serangan Israel di Gaza
Di sisi lain, Dewan Politik Houthi turut mengecam berlanjutnya serangan udara Israel ke Jalur Gaza. Mereka menegaskan bahwa rakyat Yaman akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina melawan agresi Israel.
Sementara itu, pada hari yang sama, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim telah melakukan serangan udara besar-besaran terhadap target Hamas di Gaza. Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban tewas akibat serangan tersebut telah meningkat menjadi 310 orang, dengan ratusan lainnya mengalami luka-luka.
Dengan meningkatnya ketegangan di Laut Merah dan konflik yang terus berlanjut di Gaza, situasi geopolitik di Timur Tengah semakin memanas. Para analis memperkirakan bahwa ketidakstabilan ini dapat berdampak signifikan terhadap dinamika politik dan ekonomi global dalam waktu dekat.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru